Saturday, December 1, 2018

JENIS JENIS TAWASUL


JENIS JENIS TAWASUL

1.       Tawasul dengan amal sholeh
Cerita orang di dalam gua, hadits nabi tentang bertawasul dengan amalan sunnah pada hadits arbain (Hadits Qudsi), Hadits tentang posisi seorang deket dengan Rabb-Nya adalah saat sujud.

2.       Tawasul dengan Nama-nama dan Sifat Allah
Di dalam Qur’an surat Al-A’raf ayat 180, Allah katakan : Allah memiliki Asmaul Husna, maka berdoalah kpd Allah dengan Nama-Nama tersebut.
Ulama mengatakan, berdoa kepada Nama2 Allah ituu maknanya ada dua. Dan doa sendiri itu ada  1. Doa Ibadah 2. Doa Mas’alah. Jadi kita berdoa kepada Allah dengan 2  jenis doa ini dengan Asmaul Husna.
Doa mas’alah dalam asmaul husna, ya kita sebut nama Allah : Ya roozaq, urzuqniiy..ya Rohman, Irhamniy..Ya Haasib..Haasibniy hisaaban Yashiroo. Dll. Ini berdoa secara lafadz dinamakan doa masa’alah.
Sedangkan doa ibadah dengan mengggunakan Asmaul husna yaitu maksudnya kita beribadah kepada Allah dengan konsekwensi nama2 yang terkandung pada nama2 Allah. Misalnnya kita tau bahwasannya Allah itu Al Ghoffar Maha Pengampun, maka kemudian kita ber-istighfar kepada Allah. Ketika kita mengetahui bahwa Allah itu Al-Alim (maha mengetahui),  maka kita berusaha untuk tidak berbuat dosa yang kita yakini itu dilihat oleh Allah.
Jadi ketika Allah mengatakan Allah memiliki Asmaul Husna, berdoalah kepada Allah dengan menyebut Asmaul Husna berarti kita berdoa dengan 2, doa ibadah dan doa mas’alah.

Disini Nabi berdoa kepada Allah dengan Nama2 Allah, misalnya :
Doa ketika ditimpa Kesedihan dan Kegalauan


Gambar. dari kitab jami' Shahih Al-Adzkar

Di dalam doa diatas terkandung,
-          Allah memiliki nama yang Dia namakan diri-Nya dengan-Nya artinyaa kita tidak boleh menamakan Allah dengan Nama2 yang tidak Allah namakan diri-Nya dengan Nama tersebut atau yang Rasul namakan dengan nama Tersebut. Biasanya ada yang bilang..Tergantung Dalangnya, sutradaranya atau ucapan “ aku mau ke masjid sholat, mau lapor kepada BOS. Ini enggk boleh, Kapan Allah menamakan dirinya dengan BOS ??.
-          Nama Allah ada 3, yang didalam AlQu’ran, di dalam Hadits, dan yang tersimpang di dalam ilmu Ghoib-Nya Allah. Yang diketahui dalam Al-Quran dan Hadits ada 99 nama. Bolehkah kita membatasi nama Allah dengan 99 ?? tidak boleh, karena masih ada Nama2 Allah yang tersimpan dalam ilmu Ghaib-Nya
-          Orang yang baca doa ini, Kesedihannya diganti kebahagiaan. Jadi tidak ada ceritanyaa orang mukmin itu sedih, tidak bisa move on. karena apa ? karena ia punya doa
Dipertemuan sebelum telah dijelaskan bahwa doa itu shilaahul mu’min (doa itu senjata orang beriman).
Senjata itu dikatakan bagus, jika terdapat 3 faktor :
1.       Material senjata tersebut, misalnya dari steanless
2.  Dari usernya..Senjata bagus tapi user tidak bagus, maka tidak manfaat. Maka ketika berdoa, sama seperti pedang dimana orang yang berdoa ituu hatinya khusuk atau tidak, di waktu yang mustajab atau tidak, atau orang yang terburu2 dalam berdoa (terburu2 maksudnya : aku sudah berdoa tapi blm di ijabah atau ia tidak yakin akan pengkabulan doanya). Ada suatu doa, apabila kita sebut doa inii, Allah akan kabulkan doa kita.

Gambar. dari kitab jami' Shahih Al-Adzkar

3.       Antum pakai pedang yang bagus, mainin pedang juga jago tapii antum mau nebas  batang pisang yang batang pisangnyaa dilapisi benton. Bisa atau tidak ?? tidak. artinya ketika berdoa, selain redaksi doanyaa, selain memperhatikan orang yang berdoanya..juga memperhatikan penghalang2 doa. Penghalang doa adalah makanan haram, minuman haram. Lihat hadits musafir yang berdoa tapi makanannya haram.

Berdoa dengan sifat Allah yaitu ketika ruqyah,
Misalnya meruqyah badan yang sakit. Dalam hadits :

Gambar. dari kitab jami' Shahih Al-Adzkar

Izzah itu sifat dari nama Al-Aziz ; Qudrah itu sifat dari nama Al-Qadir.
Jadi setiap nama Allah memiliki sifat, tapi namun tidak semua sifat memiliki nama. Dan ini berbeda dengan Nama manusia, nama manusia belum tentu sama dengan sifatnya : namanya latifah (prempuan yanng lembut),  tapi orangnya bawel.
Termasuk bersumpah, boleh dengan nama2 Allah atau boleh dengan Sifat2 Allah. Misalnya : Nabi bersumpah “demi dzat yg jiwaku berada ditangan-Nya”. (ini dengan sifat).
Misalnya demi Al-Qur’an, boleh. Karena ia bersumpah dengan kalimat 2 Allah. Yang menjadikan dalil bahwa  Al-Qu’ran adalah sifat Allah adalah sebuah doa ketika melewati tempat yang angker. Rasulullaah Ajarkan doa : ‘auudzubikalimatillaahi taammaati min syarri maa kholaq.
Juga nabi pernah mengajarkan tawasul dengan sifat2 Allah dikala sujud.
Doa nabi : Allahumma ini a’uudzubika biridlooka min skhotik..wa bimuaafatika min ‘uquubatik…
Berlindung dengan Ridlo Allah dari murkanya, berlindung dengan Ampunan dari hukuman-Nya

3.       Bertawasul dengan Doa orang yang sholeh yang masih hidup.

Tapi jangan sering2 karena dikawatirkan mereportkan dan hati kita jadi tergantung dengan orang tersebut.
Umar bin khatab bertawasul dengan ibnu abbas.
Ingat riwayat seorang badui, yaitu utbiy . ini djadikan oleh orang2 yang membolehkan bertawasul dengan orang meninggal.
Bantahannya : 1. Riwayatnya dhoif. Jikapun itu shahih, itu tidak bisa dijadikan dalil karena utbiy bermimpi. Dan mimpi tidak bisa dijadikan dalil untuk syariat
Mungkin mereka akan berkata, bukankah adzan itu, pensyariatannya berasal dari mimpi ? benar. Iyaa karena saat itu nabi masih hidup. Dan itu merupakan sunnah taqriri (persetujuan) dari Rasulullah.


Tawasul para Nabi yang tercatat didalam Al-Qur'an :

Doa Nabi yusuf : Robbii qod ataitaniii….wa alhiqnii bishoolihiin.
Doa iftitah-nya Rasulullaah :
Doanya Nabi Yunus : doa ketika didalam perut ikan ketika meninggalkan kota nawa.

Orang yang tidak berdoa kepada Allah adalah orang yang tidak yakin bahwa Allah mampu menolong-Nya. Orang yang paling dekat dengan Allah adalah orang yang paling kuat doanya. Lihat nabi Yunus di dalam perut ikan, tetep tidak putus dari berdoa kepada Allah.

Doanya Nabi Musa : “ Robbiy ini dzolamtu nafsiy,, faghfirliiy”
Nabi Ibrahim dan Ismail : Robbanaa taqobal minna innaka antas samii’ul ‘Aliim.


Dalil dalil Aqli tentang wasilah :

Kemahakayaan Allah dimana semuanya bergantung kepada Allah.
Kalau kita bertawasul dengan orang yang sudah meninggal, maka orang meninggal nanti akan meng”omelin” kitaa di akherat kelak. Lihat  Qs. Al Ahqaf (5-6).

Orang itu menjadi sholeh  ? apakah itu berasal dari dirinyaa ? tidak itu karunia dari Allah. Lihat QS. At-takwir : 2 ayat  terakhir.
Kedudukan seseorang ituu seperti ulama, orang sholeh…itu hasil usaha  sendiri atau karunia dari Allah ??? karena itu karunia dari Allaah maka itu tidak bisa dijadikan dalil tawasul kpd allah.
Dari orang sholeh ini, kita bisa mendapatkan manfaat enggk ? tidak bisa. Lihat qs an-najm : 39 (dan manusia tidak mendapatkan dari apa yang ia usahakan). Kesholehan orang dari dari Allah. Misalnya kita minta manfaat dari kesholehan orang ini, bisa enggak ? tidak bisa karena kita hanya bisa mendapatkan manfaat dari usaha kita sendiri bgmn kita mendapatkan manfaat dengan kesholehan orang ini sedangkan kesholehan orang ini bukan sesuatu yang bukan kita usahakan. Maka dari ituu bgmn kita bertawasul dengan kesholehan orang lain, kan yang sholeh dia bukan kita. Karena amalan orang lain bukan usaha kita. Pengecualian orang lain adalah anak yang sholeh. Kenapa dari anak kita bisa mendapat manfaatnya ? karena anak itu ada disebabkan dari usaha orangtuanya.

TAWASUL itu sarana agar bisa mendekatkan diri kepada Allah

Penulis : Arif Abu Hanifah
Sumber : Catatan Kajian ustadz Haryanto  Hafidzahullaah di masjid Albayinah, Serpong Park BSD.
Membahas kitab Minhajul Muslim.

Sunday, October 21, 2018

11 ADAB BAGI PENUNTUT ILMU

◾️ 11 ADAB BAGI PENUNTUT ILMU ◾️

(01). Pergi dan duduknya seorang penuntut ilmu ke majelis ilmu wajib ikhlas hanya karena Allah, tanpa adanya riya' dan tujuan lainnya.

(02). Berdo'a kepada Allah sebelum dimulainya majelis ilmu agar ilmunya diberkahi, yaitu ditambahkan ilmunya, diberi pemahaman dan dimudahkan dalam mengamalkannya.

(03). Bersegera datang ke majelis ilmu dan tidak terlambat, datangnya terlebih dahulu sebelum ustadznya.

(04). Jika majelis ilmu ada di masjid, maka sebelum duduk hendaknya mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid.

(05). Jika bercampur antara jamaah wanita dan pria, maka hendaknya diberi pembatas atau hijab di antara mereka untuk menghindari fitnah, atau mengadakan majelis ilmu di tempat tertentu khusus untuk para wanita.

(06). Tidak menyuruh orang lain berdiri, pindah atau menggeser dari tempat duduknya.

(07). Tidak meletakkan tangan kiri ke arah belakang, karena itu adalah perilaku kaum yang dimurkai (HR. Abu Dawud no. 4848)

(08). Hendaknya mendekat kepada ustadz saat dia akan memulai kajian.

(09). Mencatat ilmu agar tidak mudah hilang.

(10). Tenang, tidak berbicara, tidak bersenda gurau ataupun berbantah-bantahan yang sia-sia, tidak sibuk sendiri dengan banyak bergerak, menolah-noleh ke belakang atau ke kiri dan kanan, hendaknya mata tertuju fokus kepada ustadz dalam majelis ilmu.

"Barangsiapa tidak memuliakan ilmu, maka ilmu pun tidak akan menjadikannya mulia"

Jika seorang murid berakhlak buruk kepada ustadznya maka menimbulkan dampak yang buruk, seperti hilangnya berkah dari ilmu yang di dapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sebaik-baik kalian Islamnya adalah yang paling baik akhlaknya jika mereka menuntut ilmu" (HR. Ahmad no. 10329, Shahiihul Jaami' no. 3312, hadits dari Abu Hurairah).

Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu berkata : "Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seakan-akan ada burung di atas kepala kami, tidak ada seorang pun dari kami yang berbicara..." (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban, lihat Shahiihut Targhib no. 2652)

Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata : "Aku membalik lembaran halaman di hadapan Malik dengan pelan, karena segan kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya"

Ar-Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah berkata : "Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya"

Janganlah datang sekedar bermain HP dan banyak menguap, duduk bersandar, tidur, memotret, menjulurkan kaki, memberikan komentar saat ustadz sedang menjelaskan, sambil makan, minum, mengecap permen, ingin bertemu ustadznya saja atau tujuannya hanya untuk berdagang dll.

Jangan mengangkat suara saat firman Allah Ta'ala dan hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dibacakan, sehingga berakibat tidak mendapatkan rahmat dan terhapusnya amalan (Baca QS. 7 : 204 dan QS. 49 : 2)

Ahmad bin Sinan rahimahullah berkata :

"Tidak ada yang berbicara di majelisnya 'Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada pensil yang diraut, tidak ada seorangpun yang tersenyum, dan tidak ada seorangpun yang berdiri, seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat. Jika ia melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka dia memakai sandalnya lalu keluar" (lihat Siyar A’laamin Nubalaa' IX/201-202)

(11). Bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membaca do'a penutup majelis ketika kajian selesai.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Kaum mana saja yang duduk lama di suatu majelis kemudian mereka berpisah sebelum berdzikir kepada Allah dan sebelum bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan hal itu akan menjadi kerugian bagi mereka dari Allah. Apabila Allah menghendaki, Dia akan mengadzab mereka dan apabila Dia menghendaki, Dia akan mengampuni mereka" (HR. Al-Hakim 1/674, hadits dari Abu Hurairah, Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no 2738).

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar

12 ADAB BERTANYA DI SOSIAL MEDIA

12 Adab Bertanya Di Sosial Media 

(1). Ikhlaskanlah diri karena Allah dalam bertanya, dan niatkan itu sebagai ibadah.

(2). Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu, atau menurut dugaannya yang kuat ia mampu untuk menjawab pertanyaan.

(3). Memulai pertanyaan dengan salam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"(Ucapkan) salam sebelum bertanya. Siapa yang bertanya kepada kalian sebelum ia mengucapkan salam, maka janganlah kalian menjawabnya" (HR. Ibnu an-Najar, hadits dari Jabir, lihat Shahiihul Jaami' no. 3699 dan HR. Ibnu ‘Adi dalam al-Kaamil II/303, hadits dari Ibnu Umar, lihat ash-Shahiihah no. 816)

Para sahabat pernah bertanya tanpa ucapan salam, tapi tetap dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dipahami bahwa mengucapkan salam sebelum bertanya bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi sangat dianjurkan dan telah menghidupkan sunnah.

(4). Hendaknya memperbagus pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat, yang akan menunjukkan kepada berbagai kebaikan dan mengingatkan dari segala kejelekan.

(5). Gunakanlah bahasa yang penuh sopan santun, lemah lembut dan tidak mengandung penghinaan serta kemarahan.

(6). Ketika telah selesai menulis pertanyaan maka sampaikan perkataan terima kasih, dan mendoakan ustadz yang akan menjawabnya.

(7). Janganlah mengadu domba diantara ahli ilmu. Seperti berkata : "Tapi ustadz fulan telah berkata begini dan begitu", dan cara seperti ini termasuk kurang beradab dan sangat tidak sopan. Hati-hatilah terhadap hal seperti ini.

Tetapi jika memang harus melakukannya maka hendaknya berkata : "Bagaimana pendapatmu tentang ucapan yang telah mengatakan begini dan begitu ?" Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan

(8). Hendaknya bersabar dalam menunggu jawaban yang telah diajukan. Karena bisa jadi ustadz tersebut sedang sibuk dengan berbagai aktivitasnya atau sedang beristirahat, sakit, melayani tamu, safar dll.

(9). Janganlah menceritakan aib atau dosa yang pernah dilakukan sendiri, keluarga atau orang lain sehingga diketahui oleh semua anggota group di sosial media. 

Jika masalah itu harus juga disampaikan karena ingin untuk mendapatkan solusi dan pencerahan, maka hendaknya disampaikan secara pribadi saja kepada ustadz tertentu yang dianggap bisa memberikan solusi dan menyimpan rahasia.

(10). Hendaknya penanya tidak marah atau tersinggung ketika diluruskan pemahamannya atau cara bertanyanya yang salah dll.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :

وقد كان السلف يحبون من ينبههم على عيوبهم
ونحن الآن في الغالب أبغض الناس إلينا من يعرفنا عيوبنا !

"Dahulu kaum salaf sangat senang ada orang yang mengingatkan kekurangan mereka, akan tetapi kita sekarang pada umumnya sangat benci kepada orang yang mengingatkan kekurangan kita" (Minhajul Qashidin hal 196)

(11). Janganlah bertanya hanya sekedar untuk menambah wawasan tanpa mau mengamalkan, atau sekedar mencari-cari keringanan hukum.

Misalnya, penanya bertanya kepada seorang ustadz, karena jawabannya tidak berkenan dalam hatinya, lalu ia pun bertanya lagi ke ustadz lainnya, dan jika jawabannya sesuai dengan hawa nafsunya maka ia pun menerimanya. Ini merupakan bukti bahwa penanya tidak menghendaki syariat kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.

(12). Jangan merendahkan dan melecehkan ustadz jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan.

Yaqut al-Hamawi rahimahullah berkata :

"Orang alim (ustadz) pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja dia tidak mengetahui jawaban terhadap masalah yang ditanyakan kepadanya, mungkin karena masalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya atau karena dia lupa" (Irsyaad al-Ariif 1/24).

Contoh cara bertanya yang terbaik :

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Afwan ustadz, saya mau bertanya mengapa diri ini selalu cenderung kepada dosa dan maksiat serta sulit diajak untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya, padahal saya sudah berusaha untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu dan berdoa kepada Allah agar dikuatkan iman ? Semoga ustadz beserta keluarga selalu dirahmati dan diberkahi Allah Ta'ala.
شكرا و جزاك الله خيرا

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

Sunday, October 14, 2018

MASALAH-MASALAH-PUN TERURAI


5 Shafar 1440 H (14 Okt 2018)

Tema " Masalah-masalah-pun terurai "

Ustadz : Nuzul Dzikri Hafizhahullaah

Masjid Al-Hidayah, Karawaci Tangsel

=============

- Ujian rasa aman itu berat dan cenderung melalaikan.

- Sebelum memikirkan oranglain, pikirkan diri sendiri. pikirkan bahwa harta kita akan ditanya oleh Allah.

Ini tema yang sangan penting, karena hidup itu isinya masalah atau ujian. Rasul Shallallaahu 'alaihi Wasallam pernah bersabda : 
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.
HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih. (Sumber hadits : rumaysho.com)
Ujian itu adalah sesuatu hal yang positif. Tapi kenapa kok banyak orang stress, padahal katanya banyak masalah itu sesuatu yang positif ? Karena sesungguhnya problemnya itu bukan masalah hidupnya tapi ketidaktahuannya ilmu dalam menyikapi dan  menyelesaikan problem tersebut. 
Allah berfirman dalam Qs. Al-kahfi ayat 68
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?". (tafsirq.com)
kunci agar masalah-masalah kita terurai satu persatu yaitu dengan cara belajar. Maka dari itu penting untuk menghadiri kajian, tidak hanya kajian tematik tapi kajian rutin. Pertanyaannya : Masalah-masalah kita itu tematik atau rutin ?? Rutin...
Adakah dikalangan para ulama ketika selesai baca buku, mereka overdosis ? tidak, malah bertambah iman mereka. 
Allah berfirman dalam QS. Al-anfal ayat 2
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Ilmu itu banyak. tapi, ilmu apa yang dimaksud ??
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi Wasallam pernah berdoa, dimana beliau meminta ilmu yang bermanfaat dan berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Ilmu bermanfaat yang perlu dicari yaitu ilmu agama dan ilmu tentang mengenai  bidang pekerjaan kita.
Pertanyaannya,
Sudah ngajii.. Sudah belajar lamaa,, tapi mengapa masalah-masalah belum terurai ??
Jawabannya  :
1. Betul, ia ngaji tapi obatnya itu salah.
obat yang benar yaitu Al-Qur'an dan Hadits sesuai pemahaman yang benar.
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Sufyan bin Uyainah pernah berkata : Hadist itu bisa jadi kesesatan kecuali bagi para fuqaha (orang yang berilmu)
2. Prosesnya juga harus bener baik cara belajarnya sesuai adab2 syar'i
ex : ada duwit 200ribu. yang 100ribu berkah dan satunya tidak berkah. Apa sebabnya ?? Karena prosesnyaa..
Yusuf bin Husain berkata : hanya dengan adab, engkau dapat memahami ilmu.
adab yang dimaksud adalah adab dalam proses belajar dan dalam menuntut ilmu.
Maka dari itu, Al-Bukhori membawakan sebuah hadits dalam shahihnya, bahwasannya syarat menjadi orang yang terbaik adalah ia paham. maksud dari (ia paham) adalah ilmu itu jadi karakter dan tabiat yang melekat pada orang tersebut.
BELUM SELESAI...